BRUAAK !!!
Gesya
terjatuh ,tubuhnya membentur sudut tempat tidurnya yang tebuat dari
kayu.Matanya belum begitu terbuka , tangannya mencoba meraih tempat tidurnya
guna membangkitkan dia. Namun, Gesya kembali terjatuh.
“Duh ,sakit banget ! Sial banget sih gue !” keluhnya.
Gesya bangkit dari lantai tempat ia terjatuh menuju jendela
kamarnya yang terletak di Barat. Gesya membuka jendela kamarnya secara
perlahan-lahan.
“Wah ,pagi ini cerah banget !”. gesya menghirup udara
segarpagi itu.Burung-burung pun bernyanyi adapula yang berterbangan hinggap di
ranting pohon. Hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang menambah suasana pagi
ini bagaikan berada di pegunungan.
“Seandainya kamu ada di sini. Pagi ini akan lebih indah
kalau ada kamu dan aku ,dan kita berkeliling kota mengendarai sepeda seperti dulu.”
Gumamnya dalam hati.
Ia kembali mengingat kenangan bersama Chandra ,kekasihnya.
Wajahnya yang lugu mulai memperlihatkan kesedihannya. Ia berbalik arah
,melangkahkan kaki menuju meja belajarnya yang dihiasi dengan bingkai-bingkai
foto. Ia mengambil salah satu bingkai foto yang terdapat foto saat Gesya dan
Chandra duduk di Taman.
Gesya memperhatikan foto itu ,menatapnya dengan penuh
kesedihan. Dipikirannya timbul banyak pertanyaan “dimana kamu? Lagi apa? Kangen
nggak sama aku?”. Begitulah pertanyaan yang selalu timbul setiap Gesya
mengingatnya.
Chandra memang pergi meninggalkan Gesya untuk melanjutkan
studynya ke Amerika.Chandra memilih sekolah pelayaran sehingga ia tidak dapat
mengabarkan keadaannya kepada Gesya karena peraturan di sana memang sangat ketat.
Gesya melirik ke arah kalender
yang terletak di meja belajarnya. Ia mengambil kalender tersebut dan sebuah
pulpen. Dilingkarinya tanggal 11 Maret ,tepatnya hari jadi hubungan mereka.
“Hari ini ,hari jadi hubungan kita yang ke delapan tahun.
Sampai hari ini aku sama sekali nggak berpaling dari kamu. Lima tahun kita tidak berjumpa ,masihkah kau
mencintaiku? Masihkah kau merindukanku?”
Gesya kembali menatap foto itu ,airmatanya turun membahasi
pipi. Ia mengambil sebuah kotak yang ia letakkan di dalam lemari pakaiannya.
Dibukanya kotak itu ,diambilnya sepucuk surat
dan sebuah cincin yang tebuat dari tangkai bunga mawar.
“Sayang.. maafkan aku yang harus meninggalkan kamu sendiri.
Aku pergi mencari masa depanku ,memasuki sekolah pelayaran dan ketika aku
kembali nanti ,aku akan mengajak kamu ke tengah lautan ,di sana hanya akan ada kita berdua ,kita dan
pemandangan yang tak pernah kau temui dan takkan pernah terlupakan. Carilah
penggantiku bila kamu memang sudah tidak bias menungguku lagi. Tapi , aku akan
tetap mencintaimu ,karena aku yakin ,kamu itu tulang rusukku yang hilang. Jaga
diri kamu baik-baik ya. Tetap jadi peri kecilku”.
Gesya terdiam membaca surat
tersebut. Bibirnya mulai mengembangkan senyuman.
“Dasar Chandra jelek , bodoh ! mana mungkin aku berpaling
dari kamu hahaha”.
Dikenakannya
cincin tersebut. Ia kembali tersenyum ,teringat saat Chandra memberikan cincin
tersebut.
Delapan tahun yang lalu saat mereka masih
duduk di bangku SMA. Chandra dan Gesya pergi ke sebuah kebun yang terdapat
banyak tanaman bunga yang indah. Mereka bermain-main di kebun bunga itu.Chandra
meliha tpohon bunga mawar yang indah.
Dipetiknya tangkai bunga mawar itu ,dibuangnya duri yang ada pada tangkai
tersebut.
Chandra mulai memainkan
jari-jarinya ,membentuk sebuah cincin. Cincin itu diberikan kepada Gesya.
“Gesya ,pakai cincin
ini ya” Chandra mengenakan cincin itu ke jari manis Geisya. Matanya menatap
tajam ,menggambarkan kesungguhan hatinya.
“Terimakasih saying”
Ucap Gesya.tersenyum.
Kemudian Gesya
mengenakan cincin ke jari manisnya Chandra. Bibirnya mengembangkan senyuman.
“Suatu saat nanti aku
akan melingkari jari manis kamu dengan cincin pernikahan” ucap Chandra.
Gesya
tersenyum mengingat kenangan itu.
Di pegangnya kalung yang ia kenakan yang diberikan Chandra
saat Gesya berulangtahun.
Semangatnya semakin membara untuk terus menanti Chandra
kembali.
***
Ku tak akan pernah berpaling darimu walau kini kau jauh dariku. Dan
selalu ku nanti karena ku sayang kamu.
Lagu itu ,lagu
yang selalu Gesya request setiap kali
ia pergi ke kafe favoritnya. Lagu yang menyentuh hati ,ditambah suara penyanyi
kafe yang merdu ,semakin menyentuh relung jiwa ,rasa rindu itu pun tumbuh
kembali. “mengapa kau tak pernah kunjung datang memberi kabar? “ gumamnya dalam
hati.
Siang itu
,hujan mengguyur kita Bandung.
Suasana semakin medukung hati Gesya yang sedang merindukan kekasihnya.
“Sya!” suara itu berasal dari pintu kafe ini. Gesya menoleh
ke arah pintu kafe. Gesya taki menyangka akan bertemu dengan teman SMA nya dulu
,lebih tepatnya teman sebangku Chandra.
“kenapa bukan Chandra saja yang bertemu denganku?yang ku
rindukan Chandra bukan dia” batin Gesya.
Ega
menghampiri Gesya dengan senyuman khasnya ,ia terlihat berbeda , Ega mengenakan
kaos putih dibaluti blazer 1/3 dilengkapi dengan jeans panjang dan sepatu kets.
Tampilannya saat ini terlihat sangat keren ,berbeda sekali dengan Ega yang
dikenal dulu ,yang terkenal kuper alias kurang pergaulan.
“Hai ,Ga.tumben ke sini.” Sapa Gesya dengan ramah
“Iya ,baru liburan kuliah terus gue ke Bandung.Gue dikasih
tau temen kita dulu tuh si Yogi katanya ada kafe yang seru ,yaudah gue coba ke
sini. Eh, ternyata ketemu lo ,Sya” jawab Ega.
Ega duduk tepat di hadapan Gesya. Penampilannya memang
berbeda ,namun cara bicaranya masih sama seperti dahulu.
“Iya ,di kafe ini memang terkenal asyik buat tempat
nongkrong” jawab Gesya sembari menyeruput cokelat hangat.
“minuman yang enak di sini apa ,Sya?” Tanya Ega.
“Cokelat hangat ,enak banget deh. Apalagi di saat cuaca
dingin kayak gini.” Jawab Gesya dengan semangat.
Ega melabaikan tangannya ke arah pelayan kafe. Pelayan kafe
itupun menghampiri Ega.
“mau pesan apa ,Mas?”
“Cokelat hangatnya satu ya ,Mbak”
:baik ,ada lagi yang bias saya bantu?”
“enggak mbak ,itu aja dulu”. Pelyan kafe itu pun berlalu
meninggalkan Gesya dan Ega.
Tak berapa lama kemudian pelayan kafe itu datang membawa
secangkir cokelat hangat.
“makasih ya ,mbak”
“iya ,sama-sama”.
Ega menyeruput cokelat hangat yang dipesannya. Wajahnya
seperti mengungkapkan betapa lezatnya cokelat hangat yang ia minum.
“Enak ,Sya. Bener apa kata loe. Sejak kapan kafe ini ada?
Kok gue enggak pernah tau ya?” Tanya Ega. heran. Ia kembali menyeruput cokelat
hangatnya. Sesekali diangguk-angguka kepalanya.
“kafe ini baru ada waktu kita udah mulai kuliah. Ya,tepatnya
sih saat Chandra pergi ninggalin gue. Pertama kali gue tau kafe ini karena
diajak sama dia.”. jelas Gesya. Wajahnya kembali terlihat sedih. Bola matanya
tajam ,memperlihatkan satu kerinduan yang mendalam.
“kenapa loe sedih ,Sya? Loe masih sayang sama dia?: Tanya
Ega.heran.
Mata Gesya mulai berkaca-kaca.
“gue masih sama dia ,Ga.
Gue di sini maih setia nunggu dia. Meskipun lima tahun enggak ada kabar tapi gue yakin
kok kalau dia tetap sayang sama gue. Sama kayak janji dia.Dia enggak akan
pernah ingkar janji ,gue tau itu.”
Airmata Gesya tak dapat dibendung lagi. Gesya meneteskan
airmatanya. Airmatanya terus mengalir membasahi pipi hingga dagu dan jatuh
tepat di permukaan liontin kalungnya.
Ega memperhatikan kalung yang dikenakan Gesya.
“Kalungnya masih lo pakai. Lo masih setia banget ,Sya. Gue
salut sama lo. Gue yakin kok Sya ,di sana
dia juga tetap mencintai lo”. Ega menghapus airmata Geisya yang terus mengalir.
Geisya tak peduli dengan keadaan kafe ,ia hanya ingin mengungkapkan segala
kerinduannya yang selama ini terpendam walau hanya kepada temannya ,bukan
Chandra.
Hujan mulai
mereda ,namun langit masih terlihat gelap. Ega beranjak dari temapt duduknya
,tangannya menarik pergelangan tangan Geisya.
“Sya ,ayo ikut gue” ajak Ega. Matanya mengisyaratkan bahwa
Ega ingin memberitahu sesuatu. Mereka melangkahkan kaki meninggalkan kafe.
Ega
membukakan pintu mobilnya untuk Gesya. Gesya masih bingung. “apa yang akan
dilakukan Ega?mengapa tiba-tiba ia mengajakku tanpa ku tahu arah dan tujuannya”Tanya
Gesya dalam hati.
***
Sesampainya
di tempat tujuan…
“tempat ini ,ada pa dengan tempat ini?kenapa dia membakwaku
ke sini?apa maksudnya?”. Gesya terus bertanya dalam hati. Namun ,ia tetap terus
mengikuti langkah kaki Ega yang berjalan secara perlahan-lahan. Tiba-tiba
langkah kakinya terhenti. Gesya semakin bingung. “kenapa kita berhenti di
sini?” Tanya Gesya.Heran.
Gesya memandangi keadaan di sekelilingnya.
“duduklah ,Sya. Kamu akan tahu. Ini saatnya kamu tahu
semuanya ,Sya”.
Gesya menuruti ucapan Ega , ia duduk di samping Ega. Gesya
melihat ke kanan.
Terlihat ukiran nama yang selama ini dia rindukan.
Airmatanya kembali menetes dan jatuh tepat di bawah batu nisan.
“Ga ,gue mimpi kan?
Gue mimpi kan
,Ga? Bilang sama gue Ga kalau ini Cuma mimpi! Atau loe bilang kalau ini cuma
tipuan. Ya kan
,Ga?” Geisya menggugah-gugah tubuh Ega. Ia tak pernah percaya bahwa Chandra
meninggalkannya begitu saja.
“Sya ,tenang Sya. Loe enggak boleh sedih ,nanti Chandra
sedih kalau loe kayak begini. Dia udah bahagia kok ,Sya”.
Ega mencoba menenangkan Gesya ,tangannya mengusap-usap
punggung Gesya.
PLAAAAAK !!!!
Gesya menampar pipi kanan Ega.
“Terus Sya tamper gue terus. Gue emang salah Sya ,gue emang
egois. Gue diancam sama keluarganya supaya enggak ngasih tau lo. Loe tau sendirikan
kalau keluarganya enggak suka sama lo?gue emang egois Sya ,egois!”
Hujan kembali mengguyur kota Bandung
dengan sangat deras. Ega menarik tangan Gesya ,mengajak Gesya untuk pulang.
Namun , Gesya melepaskan genggaman tangannya dari Ega ,Gesya lebih memilih
berada di pemakaman bersama hujan yang ikut turut berduka cita atas kematian
Chandra.
“mungkin loe butuh waktu untuk sendiri” ucap Ega.
Ega pergi meninggalkan Gesya yang masih menangis sambil
mencium batu nisan.
***
Tepat tanggal 07 Agustus 2007 ,kau pergi
meninggalkanku untuk meneruskan pendidikanmu.
Dan saat itu juga kau meninggalkanku untuk
selama-lamanya.
Kecelakaan yang
merenggut nyawamu ,yang memisahkan dunia kita.
Lima tahun kau meninggalkan dunia ini dan
setelah lima
tahun aku baru tahu kau telah tiada.
Inilah penantianku yang sesungguhnya.
Penantian hingga akhir
hayatku.
Tuhan membiarkan aku
untuk selalu sabar menunggumu ,menunggu kabar dari orang yang telah tiada.
Percayalah ,sampai
detik terakhir aku hidup ,kau yang tetap ada di hatiku.
Tunggu aku di sana.
Entah kapan aku dapat
bersamamu di sana.
Namun satu yang pasti
,hatiku tetap untukmu.
Your
little angel
Gesya
Gesya
melipat tersebut dan dimasukkannya ke dalam amplop kecil.
Ia melangkahkan kaki memasuki pemakaman tempat Chandra
dimakamkan. Matanya terus mencari letak makam itu. Ia langkahkan kakinya menuju
makam Chandra.
Chandra Winata
Bin
Santa Winata
Lahir : 27 Agustus 1990
Wafat : 07 Agustus 2007
Diciumnya amplop tersebut dengan sepenuh hati. Lalu ia
letakkan di samping batu nisan makam Chandra.
***
Gesya
kembali mengunjungi makam Chandra. Namun ,kali ini Gesya ditemani dengan
seorang supir.
Gesya duduk di samping makam Chandra ,diusapnya batu nisan
tersebut. Ia tersenyum ,tangannya membelai halus ukiran nama yang tertera di
batu nisan itu.
“Sayang , enam puluh tahun sudah aku selalu mengunjungi
makam ini setiap hari. Seandainya kamu masih hidup pasti kita sudah jadi kakek
dan nenek yang cucunya segudang. Hehehe .. dan sampai saat ini aku tetap setia
meski kamu telah tiada”.
Gesya tersenyum ,ia merasakan seperti ada seseorang yang
memeluknya. Ia yakin bahwa itu pelukan dari Chandra.
Tak beberapa lama ia melihat sosok Chandra memakai baju
putih dengan sinar yang sangat berkilau. Chandra melambaikan tangan ke Gesya
dan tersenyum.
Gesya pun membalas lambaian tangan itu dan tersenyum
bahagia.
SELESAI.